Selasa, 28 Desember 2010

~..~ DALAM PENANTIAN SEORANG AKHWAT ~..~


Bagi seorang gadis, ada masa penantian yang acapkali menimbulkan suasana rawan, menanti jodoh. Padahal jodoh, maut dan rezeki adalah wewenang Allah semata. Tak ada sedikitpun hak manusia untuk mengklaim wewenang tersebut. Tapi, watak manusia terkadang lupa dengan janji Allah. Apalagi bila lingkungan sekitarnya terus menerus memburu'nya untuk menikah, sementara jodoh yang dinantikan tak kunjung tiba. Dalam keadaan demikian, kerap muncul bermacam efek yang dapat membahayakan dirinya.

Seorang wanita akan dianggap dewasa bila ia telah mengalami menstruasi. Islam mencatat masa ini sebagai masa awal mukallafnya seorang wanita. Yang perlu diketahui, wanita sekarang menjadi akil baligh jauh lebih cepat dibanding masa dahulu. Dua puluh tahun yang lampau, wanita paling cepat mengalami menstruasi pada usia 15 tahun. Namun pada masa ini, tak jarang wanita mulai mens pada usia 11 tahun. Akibatnya, kedewasaan wanita terhadap masalah-masalah perkawinan akan meningkat secara cepat.

Keresahan mulai melanda tatkala usia sudah merangkak naik, tapi calon suami tak kunjung datang. Tanpa disadari, ada perilaku-perilaku yang mestinya tak layak dilakukan oleh seseorang yang sudah dianggap sebagai teladan dilingkungannya. Ada muslimah-muslimah yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara walimah ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Ada juga yang bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.

Sebaliknya, ada juga muslimah yang cenderung bersikap over acting. Terlebih bila sedang menghadiri acara-acara yang juga dihadiri lawan jenisnya. Ia akan melakukan berbagai hal agar "terlihat", berkomentar hal-hal yang nggak perlu yang gunanya cuma untuk menarik perhatian, atau aktif berselidik jika mendengar ada laki-laki (ikhwan) yang siap menikah. Seperti halnya wanita dimata laki-laki, kajian dengan tema "ikhwan" pun menjadi satu wacana favorit yang tak kunjung usai dibicarakan dalam komunitas muslimah.

Data yang terlihat dibeberapa biro jodoh juga menambah daftar panjang fenomena yang menggambarkan betapa kaum Hawwa sangat dihantui masalah-masalah rawan yang membuat kita berpikir panjang dan harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Tentang hal diatas, Al qur'an dengan apik mengisahkan ketidakberdayaan seorang wanita menghadapi masa penantian. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali ..." (QS. An Nahl:92).

Pernikahan memang bukan fardhu. Tidak ada dosa atas seseorang yang tidak menikah selama ia memang tidak menentang sunnah Rasul ini. Jadi, sekarang atau nanti kita menikah, bukanlah problem utama. Yang terpenting adalah bagaimana mengisi masa-masa penantian ini dengan hal-hal yang positif ataupun aktifitas yang berkenaan dengan persiapan pra nikah.

Persiapan berawal dari hati. Kebersihan hati akan membuat seseorang tenang dalam melangkah. Istilah "perawan tua" tidak akan menggetarkan perjalanannya dan membuat dia berpaling dari jalan dakwah. Kalaupun tak berjodoh di dunia, bukankah Allah akan menggantikannya di akhirat kelak sesuai dengan tingkatan amalnya?

Kebersihan hati juga akan sangat menentukan sikap qona'ah (ikhlas menerima dan merasa cukup) terhadap pemberian Allah. Sehingga ia dengan senang hati menerima, jika sekiranya Allah memberinya jodoh seseorang yang secara fisik (selain agama) tidak sesuai harapannya, agar tidak kaget melihat standar kebahagiaan yang diluar bayangannya.

Orang tua dan keluarga juga perlu dikondisikan, agar mereka tidak menyalahkan Islam. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa jilbab adalah yang selama ini menjadi penghalang anaknya tidak mendapatkan pasangan.

Selain itu, bersabar dan berdo'a nampaknya merupakan kunci mutlak untuk menstabilkan moral (akhlaq). Dengan kesabaran, ada pintu-pintu yang terbuka yang barangkali tak terlihat ketika kita sedang sempit dada. Dengan do'a, ada jalinan mesra dengan Sang Pemilik. Mungkin tidak saat itu juga do'a-do'a kita akan segera dikabulkan, tetapi bukankah do'a adalah ibadah? Jadi, semakin banyak do'a terucap, semakin banyak pula ibadah dilakukan.

Buat para muslimah yang baru saja menikmati keindahan meneguk bahtera rumah tangga, tampaknya ada sikap yang harus dilakukan untuk menjaga perasaan muslimah yang belum menikah. Istri-istri baru itu, biasanya senang "mengompori". Sebenarnya sikap ini sah-sah saja, agar tampak bukti bahwa menikah tanpa pacaran, menikah dalam rangka dakwah adalah "pengorbanan" yang menyejukkan. Tapi jika hanya sekedar memanasi tanpa solusi, sebaiknya sikap seperti itu ditahan. Apalagi jika si muslimah

itu tidak siap dengan cerita-cerita seputar nikah itu, bisa jadi akan memedihkan perasaannya.

Namun demikian, lain halnya dengan muslimah-muslimah yang 'bandel', yang dengan berbagai alasan kerap menolak untuk menikah meski seharusnya sudah siap. Baik tuntutan dakwah maupun tuntutan lainnya.

Menikah adalah ibadah. Tapi, ia bukan satu-satunya ibadah. Masih banyak alternatif ibadah yang bisa dilakukan. Alangkah naifnya bila kita malah banyak membuang waktu untuk memikirkan masalah pernikahan yang tak kunjung juga teralami. Masih banyak pekerjaan dan hal lain yang membutuhkan penyaluran potensi kita. Mumpung masih gadis, optimalkanlah potensi diri. Karena kelak, jika kesibukan menjadi istri dan ibu menghampiri kita, waktu untuk menuntut ilmu, menghapal ayat Qur'an dan hadits, bahkan untuk bertemu Allah di sepertiga malam, tentu saja akan berkurang. Nah, kenapa tidak kita optimalkan sejak sekarang?

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar" (QS 3:142) Waallahu A'lam Bissowab..SukaTidak Suka ·

Sabtu, 18 Desember 2010

~..~ HAPUSLAH AIR MATA DI PIPIMU UKHTY FILLAH HILANGKANLAH LARA DI HATI ~..~



Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan. Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.

Duhai...

Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?

Letih...

Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.

Duhai ukhti sholehah...

Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.

Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.

Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.

Sabarlah ukhti sholehah...

Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.

Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Semoga.

WaLlahua'lam bi shawab.

Minggu, 05 Desember 2010

***

Carilah Cinta

Carilah cinta yang sejati
yang ada hanyalah pada-Nya
carilah cinta yg hakiki
yang ada padanya Yang Esa
carilah cinta yang abadi
yang ada hanyalah pada-Nya
carilah kasih yg kekal selamanya
yang ada hanyalah pada Tuhanmu

di dalam mencari cinta yang sejati
banyaknya ranjau kan ditempuhi
di dalam menggapai cinta yang hakiki
banyaknya onak yang diredai

Carilah cinta yang sejati
yang ada hanyalah pada-Nya
carilah cinta yg hakiki
yang ada padanya Yang Esa

Namun janji-Nya
kepada hamba-Nya
tidak pernah dimungkiri
dan tidak pernah melupakanmu

Yakinlah kepada Tuhanmu
karena dialah cinta hakiki
karena dialah cinta hakiki
karena dialah cinta yang hakiki

***

Cahaya Cinta

15 06 2009

sakura

Cahaya Cinta

telah menembus bilik qolbuku

Rasanya hangat menyinari qolbu

Bak cahaya musim semi,

menumbuhkan tunas muda

memekarkan bunga sakura

dalam taman cinta

Ku bertanya padanya kenapa cinta hadir

inginkah menjadi cahaya? yang menjadikan bumi penuh warna?

cahaya yang menumbuhkan, menyegarkan, menghidupkan

namun aku hanya seoarang insan yang tak sempurna

yang merindukan mu di taman cinta-Nya

aku mencintaimu karena engkau

dicintai Sang Pemberi

Cinta

Ya ALLAH…

izinkan aku mencintai-Mu melebihi segala yang ada di dunia ini

izinkan aku mencintai orang-orang yang mencintai-Mu

izinkan aku mencintai segala perkara

yang dapat menjuruskan

aku untuk mencintai

Mu

Ya Nabi salam ‘alaika

Ya Rasul salam ‘alaika

Shalawatullah ‘alaika

aamiin


Menuju Cinta Hakiki

Komitmen kita dalam berdakwah merupakan gambaran komitmen kita dalam beribadah. Ketika kita lemah, malas, atau bahkan meninggalkan dakwah ini, maka seperti itulah cerminan ibadah kita. Periksa kembali ibadah kita. Mungkin ada yang salah didalamnya. Ada yang harus diperbaiki. Selam kembali dasar lautan hati kita sampai kita menemukan Mutiara keteguhan, keikhlasan, dan kesabaran.
Biarkanlah mereka mengatakan jalan dakwah yang kupilih ini adalah jalan yang berat. Namun bagiku, inilah jalan terbaik untuk menuju Kabahagiaan yang hakiki. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini adalah jalan yang penuh duri. Tapi bagiku, tusukan-tusukannya sudah menjadi kenikmatan yang tidak akan pernah mereka rasakan. Biarkan mereka mengatakan bahwa jalan yang kupilih ini adalah api yang akan membakar hangus seluruh tubuhku. Tapi bagiku, Ia sudah menjadi sesuatu yang memberi kesejukan dalam hidupku. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini melelahkan. Tapi bagiku jalan ini adalah seperti oase di padang gersang ketika orang yang melintasinya merasa kehausan. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini akan membuatku miskin. Tapi bagiku, jalan ini menjadikanku merasa orang terkaya di dunia. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini adalah jalan yang membikin linglung. Tapi bagiku, jalan ini telah menjadikanku tegar setegar Bongkahan batu karang yang diterjang Ombak membadai.
Di jalan ini aku telah menemukan Cinta. Cinta suci dan hakiki. Ia telah mengajariku tentang Indahnya berjuang. Ia telah mengajariku tentang kenikmatan berkorban. Ia telah mengajariku tentang kebahagiaan bersabar. Ia telah mengajariku tentang kemanisan lautan ikhlas.
Adakah yang lebih baik di dalam hidup ini selain bekerja sama dengan Allah ? Adakah pekerjaan yang lebih baik di dunia ini selain menjadi Pelayan Allah sang Khalik ? Kalau memang tidak ada, lalu apa yang membuatmu wahai diri untuk tidak melaksanakannya.
Mungkinkah disebabkan karena jaminan laba yang kita dapatkan dalam bentuk harta tidak menjanjikan ? Atau mungkin karena ia tidak akan menjadikan kita manusia terpandang di mata manusia ? atau mungkin juga karena tidak adanya pasilitas kemewahan duniawi yang akan kita peroleh ?
Bukankah Allah telah membeli harta dan Jiwa kita dengan syurganya yang menawan ? Sungguh Maha pemurah Allah Azza Wajalla. Ia memberikan kita modal yang sangat banyak. Modal yang seharusnya kita gunakan untuk “berbinis” di jalanNya. Tapi kemudian Allah membelinya dengan kenikmatan Jannahnya. Padahal seandainya Allah mau, Dia bisa saja mengambil semuanya dari kita tanpa meminta persetujuan kita.
Sungguh beruntung orang-orang yang telah memanfaatkan modalnya dengan baik. Sungguh beruntung orang-orang yang telah berinvestasi di jalan kemuliaan. Karena disana mereka akan terus menemukan keuntungan-keuntungan yang tidak akan mungkin akan tertandingi oleh apapun. Bahkan seluruh langit dan bumi beserta seisinya sekalipun. Butuh kesabaran dan keikhlasan memang untuk memperolehnya.
Sabar dalam beramal, itulah karakter para pejuang. Ikhlas dalam beramal, itulah prinsip para pejuang. Karena sesungguhnya, Sakit didunia akan menjadi kuat ketika kita mengingat keuntungan yang akan kita peroleh di Akhirat nanti. Sedih di dunia akan menjadi kebahagiaan ketika mengingat Syurganya. Penderitaan di dunia menjadi nikmat ketika hanya KeridhaanNya yang kita tuju
Sabarlah dalam berjuang dan berkorban Saudaraku. Ikhlaskan apa yang kita miliki untuk menuju pertemuan denganNya. Pertemuan dengan para Nabi dan Rasul. Pertemuan dengan orang-orang beriman. Pertemuan dengan para pejuang Badar. Pertemuan dengan para Syuhada. Dan Pertemuan dengan Allah yang maha Gagah, Maha Indah dan Maha Sempurna

sumber: http://tsabitulazzam.blogspot.com/2009/01/menuju-cinta-hakiki_31.html