Cinta Seorang Pendakwah
Jatuh cinta bagi seorang aktivis dakwah
bukanlah perkara biasa. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah
gerbang pengembangan pergerakan. Menurut Konteks keimanan, jatuh cinta
pula adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi
wassalam dan jalan meraih RidhaNya.
Maka persoalannya
bukan pada bagaimana memilih seseorang yang paling cantik atau yang
paling tampan, melainkan seseorang yang paling tepat untuk menjadi
pendamping hidup.
Seseorang yang tahu bagaimana mengemudi bahtera rumah tangga agar selalu dalam bingkai keluarga Sakinah, Mawaddah warahmah.
Oleh karena itu sejak awal meniti jalan menuju pernikahan harus dimulai
dengan niat yang benar, usaha yang dilakukan pun juga benar dan tidak
melanggar syariat
. Tidak perlu ada percintaan Islami dan menggantung status.
Sebagai contoh dg kata – kata, “, tunggulah saya. Saya akan menikahimu
dua tahun lagi” (tidak perlu ada kata-kata seperti itu). Sebab
kata-kata ini tidak mengandungi kejelasan. Ia hanya menjanjikan sesuatu
yang tidak pasti. Pada hakikatnya dia pun juga tidak perlu berjanji
seperti ini. Janji ini seolah-olah tanda jadi atau pengikat, padahal ia
bukan seperti itu.
Ia hanyalah pelega dan syurga telinga saja. Ini
kerana janji menikah dua tahun lagi tidaklah dapat dikatakan sebagai
sebuah niat
proses pernikahan secara hukum Islam.
Kita juga tidak perlu menggantung status sebuah hubungan. Lelaki dan
wanita apabila mereka merasa sudah sangat dekat dan sangat akrab akan
sering mencurah rasa hati, bertukar pendapat dan diskusi. Mereka saling
memberi harapan, tapi mereka tidak mahu disebut sebagai sedang bercinta.
Hubungan hati mereka sudah selayaknya dua sejoli, tapi mereka menolak
disebut percintaan. Mereka lebih selesa dengan gelaran BFF atau
penuhnya, Best Friend Forever. Hubungan seperti inilah yang sering kita
sebut hubungan menggantung
, tergantung dan tidak jelas. Si lelaki
tak berani untuk jujur berkata ingin menikahinya dan wanita pun malah
menikmati hubungan itu.
Jadi sebaiknya sebagai seorang
pendakwah segala sesuatu harus dijadikan teladan. Bagaimana diri kita
menjadi contoh yang baik bagi masyarakatnya. Tidak perlu percintaan
Islami, tidak perlu membuat janji, tidak perlu menyeksa wanita dengan
hubungan yang tidak jelas statusnya. Bila memang kita sudah merasa
bersedia segalanya, di anjurkan utk segera menikahinya..
Siapakah pendakwah-pendakwah itu?
Jawabannya???? kita semua.. :)
Keep semangat meraih Cinta dan RidhaNya
.......... ♥ ♥ ..........
Jatuh cinta bagi seorang aktivis dakwah
bukanlah perkara biasa. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang pengembangan pergerakan. Menurut Konteks keimanan, jatuh cinta pula adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam dan jalan meraih RidhaNya.
Maka persoalannya bukan pada bagaimana memilih seseorang yang paling cantik atau yang paling tampan, melainkan seseorang yang paling tepat untuk menjadi pendamping hidup.
Seseorang yang tahu bagaimana mengemudi bahtera rumah tangga agar selalu dalam bingkai keluarga Sakinah, Mawaddah warahmah.
Oleh karena itu sejak awal meniti jalan menuju pernikahan harus dimulai dengan niat yang benar, usaha yang dilakukan pun juga benar dan tidak melanggar syariat
. Tidak perlu ada percintaan Islami dan menggantung status.
Sebagai contoh dg kata – kata, “, tunggulah saya. Saya akan menikahimu dua tahun lagi” (tidak perlu ada kata-kata seperti itu). Sebab kata-kata ini tidak mengandungi kejelasan. Ia hanya menjanjikan sesuatu yang tidak pasti. Pada hakikatnya dia pun juga tidak perlu berjanji seperti ini. Janji ini seolah-olah tanda jadi atau pengikat, padahal ia bukan seperti itu.
Ia hanyalah pelega dan syurga telinga saja. Ini kerana janji menikah dua tahun lagi tidaklah dapat dikatakan sebagai sebuah niat
proses pernikahan secara hukum Islam.
Kita juga tidak perlu menggantung status sebuah hubungan. Lelaki dan wanita apabila mereka merasa sudah sangat dekat dan sangat akrab akan sering mencurah rasa hati, bertukar pendapat dan diskusi. Mereka saling memberi harapan, tapi mereka tidak mahu disebut sebagai sedang bercinta.
Hubungan hati mereka sudah selayaknya dua sejoli, tapi mereka menolak disebut percintaan. Mereka lebih selesa dengan gelaran BFF atau penuhnya, Best Friend Forever. Hubungan seperti inilah yang sering kita sebut hubungan menggantung
, tergantung dan tidak jelas. Si lelaki tak berani untuk jujur berkata ingin menikahinya dan wanita pun malah menikmati hubungan itu.
Jadi sebaiknya sebagai seorang pendakwah segala sesuatu harus dijadikan teladan. Bagaimana diri kita menjadi contoh yang baik bagi masyarakatnya. Tidak perlu percintaan Islami, tidak perlu membuat janji, tidak perlu menyeksa wanita dengan hubungan yang tidak jelas statusnya. Bila memang kita sudah merasa bersedia segalanya, di anjurkan utk segera menikahinya..
Siapakah pendakwah-pendakwah itu?
Jawabannya???? kita semua.. :)
Keep semangat meraih Cinta dan RidhaNya
.......... ♥ ♥ ..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar